Sumber |
Judul
buku: Everything is Alright –
Sekuntum Mawar untuk Negeri
Penulis: DR. Sri Damayanty Manullang
Nama
Penerbit: Stiletto Book
Cetakan: Pertama/Tahun 2013
Ketebalan
Buku: 388 halaman
Kategori: Non Fiksi/ Memoar
ISBN: 976-602-7572-17-1
Sebagai
wanita, seringkali cita-cita dan cinta tidak selalu berjalan bersisian. Memang
akan ada pria-pria yang akan mendukung apapun yang dilakukan sang wanitanya,
namun tidak sedikit yang merasa terabaikan dan memutuskan hubungan ketika sang
wanita berjuang mewujudkan cita-cita yang ada. Satu dari para wanita yang
berjuang tersebut menorehkan kisahnya dalam buku memoar ini. Kisah yang disusun
dalam rangka ‘terapi’ atas kegagalan menjadi calon legislatif (caleg) pemerintah pusat dan kandasnya
rencana pernikahan dengan pujaan hatinya.
Asam Manis Kehidupan
Penulis
memutuskan untuk bertolak dari Jakarta menuju tanah kelahirannya demi memulihkan
diri dari luka-luka yang ada, di sebuah kampung daerah Danau Toba-Samosir Sumatera
Utara. Sambil memandang tiap tempat yang lewati, kilasan-kilasan masa lalu turut
andil dalam mengenang segala yang terjadi di setiap sudut kampungnya ini. Dari
sinilah kisah-kisah masa kecil penulis beserta keluarga mengalir dengan deras.
Rupanya kekayaan alam di sekitar rumah penulis, keuletan dan sikap kerja keras sang
ibu mampu mendidik penulis dan seluruh saudaranya untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan pendapatan tambahan sehari-hari. Berkebun, berburu kemiri,
berternak, berdagang jajanan, semuanya pernah dilakoni oleh penulis. Belum lagi
perjalanannya bersama teman-teman dari hutan sampai pertandingan antar sekolah
juga turut mewarnai masa kecil penulis. Singkat kata, masa kecil penulis terkesan
kaya akan aktivitas dan menyenangkan.
Kemudian
kisah bergulir mengenai perjalanan yang berat juga ditempuh penulis saat
mendatangi lokasi-lokasi dimana calon pemilih berada. Tidak hanya medan yang
berat, perasaan kesal muncul setelah mendapati caleg partai lain berlomba-lomba
menggunakan money politic demi meraup
simpati dari masyarakat pedalaman. Belum lagi ketika pemilihan berlangsung, pesaing
tidak hanya dari partai lain, tetapi juga kandidat lain yang berasal dari
partai yang sama. Kesusahan penulis terus berlanjut. Perolehan suara di daerah
ia mencalonkan diri tidak sama dengan data yang diterima pusat. Tentu saja hal
ini semakin memperkecil peluangnya untuk lolos menjadi anggota dewan.
Kegiatan pemulihan kesedihan
"Semakin kaubiarkan kesusahan menguasai hidupmu, maka kesusahan itu sendiri akan berkuasa. Jadi, buang segera segala kesusahan dan penderitaan. Kuasai hidupmu dan urus anakmu baik-baik, itu yang utama. Jangan lupa jaga kesehatan juga." (halaman 9)
Kutipan di atas adalah bentuk nasihat
sang ibu yang tercuri dengar oleh penulis sekembalinya dari Jakarta. Waktu itu sang ibu sedang berbincang dengan
seorang ibu tiga anak yang curhat
karena ditinggalkan suaminya. Tentu saja kata-kata sang ibu amat bertuah karena
ayah penulis pun juga telah melipir
meninggalkan keluarga mereka.
Dalam buku ini, penulis seolah menyampaikan pesan
agar para pembaca juga memilih kegiatan positif untuk mengalihkan diri dari kesedihan
yang ada. Bila penulis memilih menulis sebagai bagian 'terapi'-nya maka
diceritakan pula sekelumit mengenai adik lelakinya. Sang adik yang merasakan stress karena kegagalan kakaknya sebagai
anggota dewan mengalihkan kerisauannya melalui bertanam dan meneliti pohon
cabe. Hasilnya? Ia mampu menemukan cara bertani cabe dengan hasil ribuan buah
dalam satu pohon. Bersama rekan-rekan dan petani sekitar, komunitas petani cabe
pun terbentuk demi meningkatkan keterampilan bertani penduduk lokal.
Tidak selalu kegagalan membawa kesedihan
Setelah memperoleh gelar HDR
(gelar doktor kedua) dari salah satu kampus di Perancis, penulis berhak
membimbing 6 mahasiswa program doktor di bidang Competitive Intelligence (CI).
Menurut saya, ini adalah angin segar bagi masyarakat Indonesia yang ingin
menempuh program doktor di bidang yang sama dengan penulis. Mengingat salah satu
persyaratan mendaftar program doktor adalah memerlukan adanya pembimbing yang
bersedia membimbing calon mahasiswa terlebih dahulu, maka keberadaan penulis
ini mampu membuka peluang pembaca untuk menghubungi beliau.
Penulis menjadi pembicara dalam seminar tentang CI di ITS tahun 2016 sumber |
Selain itu, gagal menjadi caleg
tidak membuat penulis berhenti bersosialisasi di kalangan anggota dewan. Latar
belakang bersekolah di Perancis dengan keilmuan yang masih belum ada saat itu,
mampu menjadikan CI sebagai bahan perbincangan santai sekelompok kecil anggota
dewan yang menjabat. Dari situlah munculnya kebijakan CI diajarkan di beberapa
perguruan tinggi negeri di Indonesia dan berlaku sejak Kemendikbud Pak Nuh
menjabat. Bahkan tanpa terlibatnya penulis sebagai anggota dewan, ia menjadi
lebih fokus pada pengembangan keilmuan yang dimilikinya. Tidak hanya mengajar
di kampus asal ia belajar sebelumnya, tapi juga terlibat aktif pada kampus-kampus di Asia yang bekerjasama dengan Perancis di bidang CI. Tidak
ketinggalan pula, beberapa publikasi internasional berkaitan dengan CI juga turut
memperkuat rekam jejaknya di bidang yang ia kuasai. Demikian juga dengan
perjalanan hidupnya, kembali ke Perancis mampu mempertemukan penulis dengan
pria lain dalam hidupnya. Meskipun tidak ada detil kehidupan yang terperinci setelahnya,
saya yakin luka-luka penulis atas masa lalu telah berangsur-angsur sembuh
seiring bergantinya waktu dan kegiatan poistif lain yang terus ia jalankan.
Seperti tercantum dalam berita ini, penulis telah
menikah dengan pria yang saya duga sebagai pria yang
pernah saya sebutkan sebelumnya.
Resensi ini diikutsertakan dalam Campaign #AkuCintaBuku