03/10/2017

Terapi Berpikir PositifTerapi Berpikir Positif by Ibrahim Elfiky
My rating: 4 of 5 stars

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian” – [Al-Ahzab: 21]

Ada beragam cara yang dapat dipilih manusia untuk memperkaya ilmu pengetahuannya. Ada yang mendapatkan ilmu dari pengalamannya sendiri, ada yang mendapatkan ilmu dari penuturan pengalaman orang lain, dan ada yang membaca pengalaman orang lain dalam sebuah buku. Seperti halnya ilmu berpikir positif, saya juga menyempatkan diri untuk membaca buku-buku bertema ‘self help’ dan tentu saja terus mengamati orang-orang positif di sekitar saya. Sayangnya, tidak semua penjelasan dalam buku-buku bertema demikian bisa meyakinkan saya sebagai pembaca untuk mengikuti saran atau argumen yang ada. Apalagi kalau paparan-paparan yang ada hanya sekedar teori, nasihat, dan kurangnya ‘sentuhan’ pengalaman penulis itu sendiri. Ditambah, kadang contoh kisah yang diberikan tidak pernah ada dalam kehidupan pembaca.

Sekitar 2 atau 3 minggu yang lalu, datanglah sebuah paket yang berisi buku ini. Alhamdulillah, rupanya saya dipercaya untuk mengulas buku ini selama beberapa hari di Instagram. Secara judul, buku ini memiliki judul yang sama dengan buku saya yang lain. Alhasil saya sempat merasa was-was akan isi yang akan disampaikan dalam buku ini. Namun setelah membaca beberapa puluh lembar pertama, ternyata saya tertarik dengan beberapa ide yang ditawarkan oleh penulis.

Buku ini berisi lima bab yang membahas tentang apa itu kekuatan pikiran, pikiran negatif, berpikir positif, strategi berpikir positif, dan sepuluh wasiat berpikir positif. Kesemuanya dilengkapi dengan kisah yang mendukung tiap-tiap bab. Secara keseluruhan, buku ini termasuk jenis pop. Cocok untuk dibaca siapa saja yang ingin belajar mengendalikan pikiran sendiri. Tidak terlalu ‘berat’ dalam pembahasan teori, tapi cukup memancing siapa saja yang ingin mempelajari hal-hal yang berkaitan dalam buku ini lewat buku lainnya. Terlebih, untuk siapa saja yang pernah belajar teori pemrosesan informasi, buku ini pasti mudah untuk kalian cerna.


Di bagian penutup bab keempat, ada kisah menarik yang dialami oleh sang penulis. Suatu ketika beliau perlu dirujuk ke beberapa rumah sakit karena sakit kepala sebelah. Dokter rumah sakit pertama berujar beliau hanya mengalami sakit karena tekanan pekerjaan. Sayangnya, rasa sakit yang ada tak kunjung sembuh setelah mengonsumsi obat. Beliau kembali dilarikan ke rumah sakit yang lain dan mendapatkan penanganan yang berbeda. Alhasil, beliau menjadi salah satu penghuni ruang ICU karena adanya penggumpalan darah di otak. Operasi tidak bisa dilakukan saat itu juga dan harus menunggu keesokan harinya. Di tengah erangan dan rasa sakit yang melanda, terbersit pula banyak pertanyaan dalam diri beliau mengapa ini terjadi. Beliau merasa selama ini kondisi tubuhnya normal dan tetap menjaga gaya hidup sehat. Namun bagaimanapun juga... rasa penasaran itu tetap terkalahkan oleh rasa sakit yang menjadi-jadi. Saat itulah beliau berdoa memasrahkan apapun yang akan terjadi kepada sang pencipta. Ajaibnya, tidak berselang lama, rasa sakit yang diderita memudar dan pendarahan yang ada mengalami penyembuhan bertahap setelah diperiksa oleh dokter yang ada.

Nah, dari cerita itulah saya memutuskan untuk memberikan perhatian lebih pada saran-saran yang beliau sampaikan dalam buku ini. Mengapa? Saya percaya kisah demikian benar adanya walau tidak semua orang pernah mengalami. Nyatanya, saya pernah menjadi satu dari sekian pasien di kamar ICU. Saya juga pernah berada di kondisi beliau. Bukan sama dalam hal penyakitnya tapi sama dalam hal menguatkan hati dengan segenap jiwa atas apapun yang akan terjadi. Benar-benar merasa pasrah andai ada malaikat pencabut nyawa akan datang beberapa detik kemudian. Perasaan berdebar-debar tak bisa menutup mata dan telinga yang sangat sensitif mendengar percakapan suster dan dokter tentang kondisi terakhir saya. Itu juga sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang berisi beberapa pasien yang belum saya kenal. Ada yang dalam kondisi koma, ada yang tertidur, dan ada yang mengerang kesakitan. Belum lagi bunyi mesin dan alat kedokteran yang saling bersahutan. Itu adalah salah satu pengalaman berharga saya di masa lalu.

Pengalaman itu sangat menyadarkan diri kalau saya tidak boleh merasa lebih baik dari manusia lainnya. Semacam, saya masih diberi kesempatan hidup dari sekian pasien yang masih koma atau meninggal dalam ruang yang sama dengan saya. Apa yang bisa dibanggakan? Tidak ada bukan? Yang ada..tinggal bagaimana saya harus mengingat masa-masa itu agar memanfaatkan waktu hidup yang ada sebaik-baiknya.

Andai saya tidak membaca kisah sang penulis ini, saya akan lupa bagaimana merasakan rasa pasrah (tawakal) yang sebenarnya. Rasa yang seharusnya selalu diingat karena sudah mendapat bonus hidup. Bahkan kalau diingat-ingat, peristiwa itu sempat lupa untuk diingat ketika saya menghadapi peristiwa yang terjadi beberapa tahun kemudian. Padahal bila dibandingkan dengan kesempatan hidup 50:50 itu, peristiwa ini lebih ‘receh’ dan hanya berkaitan dengan beberapa manusia saja.

Sekarang, setelah mendapat kesempatan mengulas buku ini dari seorang host dan sebuah penerbit, saya kembali mengingat bahwa tanpa masa lalu… saya tidak akan pernah menjadi sekarang. Memang saya agak ‘ngaret’ dari tujuan yang pernah ingin saya capai sebelumnya. Hasil akhirnya pun memang belum terlihat dengan jelas, tapi yang pasti … saya bisa berusaha kembali menghargai kesempatan hidup yang Allah berikan pada saya. Kesempatan bahwa saya pernah mengalami hal-hal yang belum tentu orang lain rasakan. Kesempatan untuk menemukan banyak teman baru yang kecintaannya terhadap buku begitu luar biasa. Kesempatan yang saya yakini bahwa saya akan bertemu dengan orang-orang yang lebih baik dan bersikap positif dalam hidup ini. Rupanya saya perlu lebih banyak bersyukur pada Pencipta. :)

Akhirnya, saya perlu belajar banyak hal dari penulis ini lewat buku ini. Mulai dari bagaimana memperlakukan pikiran negatif, strategi-strategi apa yang sebaiknya ditempuh, dan satu hal yang pasti; mencoba untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT.

View all my reviews

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kesan dan pesan nya. Jangan kapok dan sungkan untuk berkunjung kembali :)